Sepenggal Malam di Seperempat Akhir Bulan nan Suci
Teriakan itu membangunkan tidur yang terlelap
Dibentak. dipiting untuk ditangkap
Tanpa sadar dua tiga pukulan dan tendangan tanpa harap
Di dorong, Digiring oleh orang bak sedang kalap
Kuteriakkan asmamu dengan lantang….
Allahu Akbar…..
Agar bisa menutup telingaku dari penghinaan namaMu
Sekali lagi.. Allahu Akbar
Agar bisa nahan amarah atas pelecehan agamaMu
Kukepal erat jemariku…
Kukatup keras rahangku
Kugigit kuat-kuat gigiku…
dan kutatap kuat sorot mata membunuh itu
Kulantunkan laa haulaa wa laa quwwata illaa billahi
Coba redam pukulan tongkat besi ke sekujur tubuh kurusku
Gumam lirih… masya Allah ya robbii
Ketika popor senjata itu mendarat di perut tipis ku
Kupasrahkan hidupku ya Allah sembari hindar, tangkis, kibas semua yang mendera
Kulewati satu orang, dua orang, sepuluh orang, ratusan orang yang menyiksa
Kulompati pagar yg tidak biasa bisa kulewati
Hanya bertahan agar tidak mati
Harus kuat, harus tetap berdiri walau berkurang nyali
Pasrah ke ilahi mungkin besok tiada ada lagi
Lantai membisu walau darah bercucur tiada henti
Suatu saat nanti akan menjadi saksi
Dimasukkan aku dalam armada tanpa kata
Puluhan jiwa asing terdiam pasrah
Erang sakit melanda semua
keringat dan peluh luruh semata
Tiba-tiba….
Tongkat menusuk menghujam dada
Melewati lobang kecil di jendela armada
Tanpa bisa hindar dan hanya bisa pasrah
Jalan jongkok mengendap Kulewati barekade yang berdiri
Berkumpul diam bersama ratusan yg sedang menahan nyeri
Seiring sisa tenaga mengalun kalam ilahi
Pikiran mengawang apa yang terjadi besok pagi
Dalam tanya, masih adakah gelora?
Semangat masih semerah darah?
Mulut boleh disumpal namun jiwa membara
Tangan dan kaki di baja, cita-cita seterik sang surya,
Badan ada dalam jeruji
Nyali dan asa seperti elegi
Berkobar tidak akan henti
Sesuci esok datangnya idul fitri
Jakarta, 23 Mei 2019, 00:30 WIB
Komentar